Kota Perantauanmu, 27 Mei 2024.
Untuk yang Tercinta dan Tersayang,
Diriku di Masa Depan.
Assalaamu'alaikum diriku sayang.
Bagaimana kabarmu saat ini?
Kudoakan semoga saat surat ini kau baca, dirimu dalam keadaan sehat, bahagia, dan dilimpahi kebaikan lebih dari apa yang mampu kau pikirkan.
Berapa usiamu saat ini? Sudah kepala empat?
MasyaAllah.
Semoga keberkahan dari Allah SWT dicurahkan untukmu atas usia yang telah kau jalani maupun yang tersisa.
Dirimu pernah bilang bahwa dirimu ingin menjadi orang beruntung. Orang yang keadaannya saat ini lebih baik daripada keadaannya di masa lalu.
Benarkah begitu?
Sudahkah kau mencapai keberuntunganmu itu sekarang?
Seberapa besar doa, usaha, dan keberserahan dirimu pada-Nya untuk mencapai label beruntung yang kau impikan itu?
Eh, tetapi, bukankah kata beruntung itu terlalu umum untuk kau tetapkan sebagai pencapaian?
Mengapa tidak kuurai saja dari sekarang secara spesifik detail-detail keberuntungan yang kuharapkan sudah kau capai saat kelak kau membaca surat ini?
Simak baik-baik, ya! Kuharap, saat kau membaca surat ini, dirimu sudah mencapai hal-hal berikut.
Pertama, aku ingin kamu sudah berhasil menulis dan menerbitkan minimal satu buku solo.
Kedua, aku ingin kamu sudah ikut bergabung menulis minimal 5 buku antologi.
Ketiga, aku ingin kamu menuntaskan keikutsertaanmu dalam sebuah event menulis dengan sangat baik.
Keempat,
Ah, tidak perlu sampai empat. Cukup tiga hal ini saja. Keberhasilanmu mencapai tiga target ini adalah sebuah lompatan besar untukmu. Sudah seberapa jauh kemajuanmu saat ini?
Oh, iya. Aku telah menetapkan bahwa ketiga target ini harus sudah kau capai dalam waktu maksimal sepuluh tahun. Bagaimana sekarang, sudah kau sanggupi semuanya?
Namun, mengapa ketiga target ini hanya terkait dengan dunia kepenulisan saja? Memangnya mimpi besarmu hanya berpusat pada dunia menulis saja?
Bukan, tentu saja bukan. Aku tahu ada sangat banyak mimpi besar di dalam kepalamu. Hanya saja, aku hanya ingin mengajakmu sedikit lebih fokus di dunia rangkai kata ini. Pengalamanmu menceritakan bahwa kamu terlalu rakus ingin melahap banyak hal. Sementara energimu tak cukup untuk melahap semuanya dalam satu waktu.
Bersabarlah.
Berlatihlah untuk fokus pada satu hal dalam satu waktu.
Kamu belumlah pribadi yang se-multitasking itu.
Kesampingkan hal yang tak selaras dengan tujuanmu.
Asah terus kemahiranmu dalam meyusun skala prioritas.
Buang sikap prokrastinasimu.
Berbaiksangkalah kepada-Nya.
Sebab Dia sejalan dengan persangkaanmu pada-Nya.
Semoga kau beruntung.
Salam Sayang
ttd.
Dirimu di Masa Lalu
Aamiin.
BalasHapusSemoga tercapai yang menjadi targetnya.
Terima kasih atas dukungannya, Kak.
Hapus